Langsung ke konten utama

Amal-Amal Menuju Syurga

Syurga (jannah) adalah tempat di akhirat kelak. Ia merupakan sebaik-baik tempat kembali, sebaik-baik kehidupan yang dituju. Semestinya, syurga menjadi tempat yang paling dirindukan setiap manusia yang hidup di bumi ini. Kenikmatan syurga, tidak bisa di-bayangkan oleh pikiran manusia, keindahan hidup di dalamnya pun tidak bisa diukur pula oleh ukuran-ukuran yang ada di dunia ini. Allah SWT berfirman: “Telah Kusediakan untuk seluruh hambaKu yang shalih suatu balasan (syurga) yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh te-linga dan belum pernah terlintas dalam hati se-orang pun”. (QS. Sajdah 17)

Rasul SAW pernah menggambarkan, kenikmatan dunia dibandingkan dengan syurga, seperti tetesan air yang menetes dari ujung (kuku) jari yang dice-lupkan pada samudera. Air yang menetes itu adalah kenikmatan dunia, sementara air samudera yang luas tanpa batas adalah kenikmatan syurga. Dibandingkan dengan kehidupan akhirat (syurga), niscaya kehidupan dunia tidaklah memiliki nilai sama sekali. Diriwayatkan bahwa ketika melewati bangkai seekor kambing, Rasulullah SAW bersabda, “Ti-dakkah kalian melihat kambing ini hina bagi pemi-liknya?” Para shahabat menjawab, “Benar”. Rasul SAW bersabda kembali, “Demi Dzat yang mengua-sai diriku, sesungguhnya dunia itu lebih hina bagi Allah daripada (bangkai) kambing ini bagi pemi-liknya.” (HR Ibnu Madjah dan al-Hakim).

Karena itu, bagi orang beriman, kehidupan akhirat-lah (syurga) yang dirindukan, adapun dunia hanya-lah menjadi jalan menuju mencapainya. Semua amal yang dilakukan di dunia, haruslah mengarah ke kampung akhirat, menuju syurga yang dirindukan. Bila tidak, amal itu menjadi sia-sia, tidak bernilai, dan hanya menjerumuskan pada kenikmatan dunia yang sesaat namun mencelakakan diri pada keseng-saran hidup di akhirat yang kekal.

Para shahabat RA acapkali bertanya kepada Rasul SAW tentang masalah syurga ini. Seringkali mereka bertanya perihal amal perbuatan yang bisa mengan-tarkannya masuk syurga. Keinginan tahu yang dido-rong oleh kerinduan yang sangat pada kehidupan di syurga. Diantaranya adalah Ibnu Muntafiq RA. Be-liau datang kepada Rasulullah SAW saat di padang Arafah, lalu ia bertanya, “Dua hal yang akan saya tanyakan kepada anda (Rasul SAW), apakah yang bisa menyelamatkanku dari api neraka dan apa yang bisa memasukkanku ke syurga?” Rasulullah SAW menjawab, “Meskipun pertanyaanmu singkat, namun memiliki makna yang luas. Karenanya, de-ngarkan baik-baik. Beribadahlah kepada Allah dan jangan menyekutukanNya sedikitpun, tegakkan sha-lat wajib, tunaikan zakat, shaumlah di bulan Rama-dhan, dan bergaulah dengan orang lain secara baik”. (HR Ahmad). Pada riwayat yang lain, seo-rang laki-laki berkata kepada Nabi SAW, “Tunjuk-kanlah kepadaku suatu perbuatan yang bisa mema-sukkanku ke syurga!” Jawab Rasul SAW, “Beriba-dah kepada Allah dan tidak menyekutukanNya sedi-kitpun, menegakkan shalat, menunaikan zakat dan menyambung silaturahim”. (HR Bukhari -Muslim)

Dalam hadits tersebut, Nabi SAW menyebutkan em-pat amal yang bisa mengantarkan seseorang masuk syurga dan menghindarkan dirinya dari neraka. A-mal pertama ialah ikhlas dalam beribadah. Ikhlas ar-tinya dalam setiap amal perbuatan seorang muslim hanyalah mengharapkan ridha Allah. Dengan makna ini pula, maka tidak sepatutnya orang beriman ber-harap balasan dari manusia dan makhluk Allah lain-nya. Ikhlas adalah buah dari keimanan dan tauhid.

Ikhlas menjadi dasar diterima atau ditolaknya sebu-ah amal. Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seo-rang hamba mengucapkan “la illa illa Allah”, (tia-da tuhan selain Allah), kemudian ia mati dalam ke-adaan seperti itu, melainkan akan masuk syurga”. (HR Bukhari dan Muslim).

Menjaga keikhlasan dalam beribadah adalah men-jauhi segala yang bisa membatalkan dan merusak tauhid. Syirik (mempersekutukan Allah) adalah per-buatan yang bisa merusak keikhlasan. Orang yang syirik (musyrik) berharap kepada selain Allah SWT saat beramal ibadah. Termasuk yang merusak keikh-lasan ialah beramal dengan berharap pada manusia, ingin mencari perhatian dan popularitas (sum’ah) a-taupun terpandang dimata manusia (riya’).

Amal kedua yang bisa memasukkan seseorang ke syurga ialah shalat. Menegakkan shalat, bukan se-kedar masalah kebenaran dalam tatacara pelaksa-naannya (kaifiyah) tetapi mencakup pula seluruh ru-kun, syarat dan berbagai keutamaannya. Dengan demikian, berbagai macam hikmah yang ada dalam shalat, membawa dampak pada kehidupan individu dan sosial bagi seorang muslim. Di dalam al-Qur’an, Allah SWT berfirman: “Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah perbuat-an keji dan munkar”. (QS. Al-Ankabut 45). Shalat wajib lima waktu bila dilakukan dengan benar, menghadirkan kekhusuan, niscaya akan memberi-kan dampak yang luar biasa bagi kehidupan seorang muslim, selain tercegahnya dari perbuatan maksiat, menanamkan jiwa disiplin karena shalat telah dite-tapkan waktunya, juga mempererat persaudaraan (ukhuwah) diantara kaum muslimin pada saat mere-ka merapatkan shaff, ruku dan sujud bersama-sama dalam shalat berjama’ah. Berkaitan dengan shalat ini, Rasulullah SAW pernah bersabda: “Barangsiapa yang memeliharanya (shalat), maka shalatnya itu merupakan cahaya baginya, juga sebagai bukti dan keselamatan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang tidak menjaganya, maka tidak akan mendapat-kan cahaya, burhan serta keselamatan pada hari kia-mat kelak dan ia akan dikumpulkan bersama Qarun, Fir’aun, Haman dan Ubai bin Khalaf”. (HR Ahmad, Thabrani dan Ibnu Hibban).

Zakat adalah amal perbuatan lain yang bisa mengan-tarkan seorang muslim ke syurga dan menjauhkan-nya dari neraka. Ini adalah kewajiban pokok seo-rang muslim yang memiliki dampak yang luar biasa bagi kehidupan pribadi seseorang, dan juga bagi tegakknya kehidupan sosial. Hikmah pelaksanaan za-kat ini tersurat langsung pada “ayat zakat”, firman Allah SWT: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka. Dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. At-Taubah 103). Inilah hikmah bagi seorang yang menunaikan zakat, suci-nya hati dari berbagai penyakit dunia ( bakhil, ta-mak ) dan terciptanya ketentraman dalam menjalani dunia ini. Sebaliknya, bila zakat diabaikan, maka bakhil dan rakus akan menguasai hati. Seisi dunia pun tidak akan pernah bisa cukup untuk mengobati kerakusan. Dengan penyakit bakhil, semakin harta ditumpuk semakin terasa kurang, semakin dunia di-kejar semakin terasa dunia menjauh.

Sisi lainnya, zakat merupakan instrumen Islam un-tuk menegakkan keadilan ekonomi dan kesejahtera-an sosial. Zakat mencegah menumpuknya harta pa-da segelintir golongan, mencegah eksploitasi kaum hartawan (kapitalis), dan mendistribusikan kekayaan (aset) secara adil. “Agar harta itu jangan hanya beredar diantara orang-orang kaya saja diantara kamu”. (QS. Al-Haysr 7)

Amal lain yang bisa mengantarkan seorang masuk syurga ialah senantiasa menjaga persaudaraan kepa-da sesamanya. Rasulullah SAW bersabda: “Barang-siapa yang ingin dijauhkan dari api neraka dan di-masukkan ke dalam syurga, hendaklah ia mati da-lam keadaan iman kepada Allah dan hari akhir dan mendatangi orang yang suka didatangi (menjalin silaturahim)”. (HR Muslim). Kecintaan dan kasih sayang kepada saudara seiman adalah wujud dari keimanan, bahkan Rasulullah SAW bersabda: “Seorang diantara kalian tidak beriman jika belum bisa mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri”. (HR Bukhari dan Muslim). Diantara wu-jud kecintaan ini ialah mencintai kebaikan untuk saudaranya dan membenci keburukan atas saudara-nya, saling menasehati, segera memaafkan bila sa-lah, menjauhi prasangka buruk (hasad), serta memenuhi hak persaudaraan lainnya. Demikianlah amal-amal yang bila dijaga akan mampu mengantarkan seorang muslim masuk syurga. Wallahu’alam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolehkah Menjama' Sholat Ashar dan Maghrib?

Ustadz apakah shalat Ashar bisa dijama’ dengan shalat Maghrib. Soalnya saya pernah terlambat shalat Ashar sedang di perjalanan memasuki maghrib. Menjama’ atau melaksanakan dua kewajiban shalat pada satu waktu merupakan keringanan ( rukhsah ) yang diberikan Allah SWT atas kaum muslimin, sekaligus menjadi salah satu bukti keluwesan Islam dan kemudahan hidup di dalam aturan Islam. Keringanan untuk menjama’ shalat ini diantaranya diberikan bagi mereka yang sedang dalam perjalanan ( musafir ). Cara pelaksanaan shalat jama’ ini bisa dilakukan dengan jama’ taqdim atau jama’ ta’khir . Jama’ taqdim ialah melaksanakan dua shalat pada waktu shalat yang awal yakni dengan menarik waktu shalat berikut ke waktu awal, misalnya melaksanakan shalat ashar ke waktu dzuhur. Sedangkan jama’ takhir ialah melaksanakan dua shalat pada waktu shalat yang akhir atau mengerjakan shalat awal ke waktu shalat berikutnya, misalnya melaksanakan shalat dzuhur ke waktu ash...

Menunaikan Haji Tapi Tidak Zakat

Ustadz apa hukumnya orang yang mampu melaksanakan haji tetapi tidak menunaikan zakat? Apakah hajinya sah? Seorang muslim dituntut untuk melaksanakan ibadah secara utuh, sebagaimana halnya diwajibkan menegakkan Islam secara keseluruhan. Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya”. (QS. Al-Baqarah: 208). Dengan demikian, seluruh kewajiban ibadah tidak boleh dipilah-pilah dalam pelaksanaannya. Seorang muslim wajib menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan shaum di bulan Ramadhan, serta pergi haji ke Baitullah bagi yang mampu. Barangsiapa meninggalkan salah satu dari kewajiban-kewajiban tersebut tanpa adanya alasan ( udzur syar’i ), maka dia telah melanggar perintah Allah. Orang yang meninggalkan sebagian kewajiban disebabkan kelalaian, malas ataupun kebodohan, tanpa bermaksud mengingkari kewajiban tersebut atau meremehkan syari’ah Allah dan masih mengerjakan sebagian kewajiban Islam lainnya, maka ia masih digolo...

Memperoleh Pekerjaan Dengan Menyuap

Ustadz bagaimana hukumnya memperoleh pekerjaan dengan cara menyuap? Apakah pekerjaan tersebut halal? Praktek suap ( risywah ) baik berupa uang, barang atau bentuk lainnya, adalah tindakan pelanggaran syari’ah yang serius. Para pelaku yang terlibat di dalamnya, yaitu penyuap, yang menerima suap dan perantara terjadinya praktek tersebut dilaknat oleh Rasulullah SAW sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzi: “Rasulullah SAW melaknat orang yang menyuap, yang menerima suap dan orang yang menjadi perantara diantara keduanya”. (HR. Tirmidzi). Dalam hadits yang lain, Rasul SAW bersabda: “Orang yang menyuap dan orang yang disuap masuk neraka”. (HR Thabrani). Kerasnya larangan praktek suap ini karena bisa merusak kehidupan masyarakat. Bila suap menyuap telah biasa dan membudaya di tengah masyarakat, niscaya rusaklah seluruh tatanan kehidupan masyarakat tersebut. Tidak hanya rusak dari sisi akhlak semata, tetapi juga meruntuhkan sendi ekonomi, ikatan sosial, kehidupan p...