Langsung ke konten utama

Penawar Hati

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Yunus 57)

Tidak ada penderitaan yang dialami manusia melebihi kesengsaraan akibat penyakit hati. Penyakit ini menggerogoti perasaan manusia, menghilangkan rasa bahagia, kesenangan dan kelapangan menjalani hidup. Penyakit hati pun meracuni pikiran sehingga senantiasa berpikir negatif dan tidak mampu membangun keharmonisan dalam hidupnya. Penyakit ini pun memperburuk penampilan seseorang, sikap yang menghilangkan rasa hormat orang lain, perilaku yang mengundang antipati dan benci.

Adakah yang lebih menyengsarakan hidup ini, bila hati manusia telah mengidap penyakit? Bila dengki (hasad) mengendap dalam dada, maka kebahagiaan pun terampas. Sulit untuk merasakan kebahagiaan dalam hidup, sebab begitu banyak yang bisa membuat hati sengsara karena hasad. Kebahagiaan orang lain membuat hati sakit. Kesenangan orang lain membuat sengsara. Kesuksesan orang lain menjadikan hati terbakar. Waktu seorang pendengki habis tersita untuk memikirkan orang yang didengki, pada saat yang sama ia lupa pada kenikmatan yang dimilikinya. Pikiran pendengki terhambur untuk menyusun rencana menghilangkan kenikmatan yang dikaruniakan Allah kepada orang yang didengki. Hidup menjadi terasa sempit dan nikmat yang dimiliki hilang oleh hasad.

Adakah yang lebih membelenggu hidup selain hidup dililit penyakit riya? Keinginan untuk dipandang orang lain. Apa yang kita lakukan ditentukan oleh orang lain. Hidup tergantung pada apa yang ingin ditampilkan pada orang lain. Memaksakan diri untuk melakukan apa yang sesungguhnya tidak ingin kita lakukan. Menjalani hidup dengan gaya dan cara yang sesungguhnya kita tidak mampu menjalaninya. Jadilah kita korban pandangan orang lain. Ingin dikenal sebagai seorang pandai cendekia, padahal kita mengetahui keterbatasan wawasan dan ilmu yang dimiliki. Ingin dipandang kaya dan mewah walau untuk itu ia harus dibelit hutang dan kebohongan. Penyakit riya menciptakan penjara bagi hidup kita sendiri.

Penyakit hati akan menghilangkan kebahagiaan yang ada dalam dada manusia, melumpuhkan rasa syukur atas curahan nikmat Allah SWT yang kita terima dan memutuskan tali silaturahmi dengan sesama. Sedemikian bahayanya penyakit ini, maka setiap orang beriman akan senantiasa melakukan perhitungan (muhasabah) atas dirinya. Pada setiap shalat yang ditegakkannya ada jeda untuk membersihkan diri, menyucikan hati, meluangkan waktu untuk berdzikir kepada Allah, karena hanya dengan berdzikirlah keluasan dan kelapangan hati akan kembali. Dan diantara pembersih hati yang paling ampuh bagi kaum muslimin adalah al-Qur’an. Sesungguhnya, al-Qur’an inilah yang bisa menawarkan hati dari berbagai kotoran dan penyakit.

Membaca al-Qur’an, membawa hati dekat kepada Allah SWT. Dibaca dengan sungguh-sungguh, seorang muslim akan merasakan ketenangan, yang hadir karena kesadaran bahwa ia tengah membaca apa yang disampaikan Allah SWT, penciptanya, yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Semakin sungguh-sungguh ia membaca dan meresapi bacaan al-Qur’an, ia akan semakin merasakan kedekatan dengan Allah. Pada saat hati terasa dekat dengan Allah, ketentraman akan tumbuh dalam hatinya, sebab ada lagi yang dikhawatirkannya, semua harapan tergantung kepada Allah. Manusia yang hanya mengharap ridaha Allah semata, lepas dari kekhawatiran atas balasan manusia. Manusia yang mengikatkan diri hanya kepada Allah, adalah manusia yang merdeka dari selain Allah. Bebas dari berharap kepada makhluk, lepas dari keinginan dipuji, dipandang dan diberi.

Hati yang mengenal Allah (ma’rifatullah) adalah hati yang terbebas dari penyakit. Melalui bacaan al-Qur’an, seorang muslim akan semakin kenal dengan Allah, merasakan kehadiran dan kedekatan denganNya. Inilah sebaik-baik penawar hati bagi manusia. Pada saat yang sama, ia tidak akan merasakan kegamangan dalam menjalani hidup ini, sebab al-Qur’an menunjukkan pada sebaik-baik jalan yang harus ditempuhnya. Tidak ada kekecewaan dari setiap usaha dan perjuangan dalam hidupnya, karena al-Qur’an memberikan harapan atas balasan yang terbaik dan adil.

Hidup dalam petunjuk adalah kehidupan yang akan bebas dari putus asa, kekecewaan dan keluh kesah. Itulah kondisi hati yang dirahmati Allah. Bila hati senantiasa diisi oleh ma’rifatullah, tidak ada tempat lagi berbagai penyakit untuk tumbuh dan berkembang. Hati yang senantiasa ma’rifatullah akan membersihkan penyakit yang mungkin ada. Seorang muslim yang senantiasa membaca al-Qur’an dengan bacaan yang baik, memahami dan menghayatinya adalah mereka yang senantiasa menjaga dan menghidupkan hati.

Semua itu, akan memiliki pengaruhnya bila telah beriman kepada Allah, kepada al-Qur’an. Keimanan kepada Alalh dan membaca al-Qur’an akan saling mendukung dan mengokohkan. Keimanan akan kokoh dengan membaca al-Qur’an dan membaca al-Qur’an akan memberikan pengaruh yang besar kepada seorang mukmin. Tanpa keimanan, kesungguhan dalam mempercayai apa yang dibacanya, sangatlah kecil bacaan itu akan berdampak pada kehidupan. Al-Qur’an bukanlah mantera-mantera yang sekedar komat-kamit dibaca tanpa memahani makna apalagi tanpa penghayatan. Al-Qur’an adalah petunjuk hidup bagi orang beriman dan bisa membersihkan hati mereka sehingga bebas dari berbagai penyakit hati, apabila dibaca dengan keimanan, dihayati dalam kehidupan dan diamalkan dengan kesungguhan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolehkah Menjama' Sholat Ashar dan Maghrib?

Ustadz apakah shalat Ashar bisa dijama’ dengan shalat Maghrib. Soalnya saya pernah terlambat shalat Ashar sedang di perjalanan memasuki maghrib. Menjama’ atau melaksanakan dua kewajiban shalat pada satu waktu merupakan keringanan ( rukhsah ) yang diberikan Allah SWT atas kaum muslimin, sekaligus menjadi salah satu bukti keluwesan Islam dan kemudahan hidup di dalam aturan Islam. Keringanan untuk menjama’ shalat ini diantaranya diberikan bagi mereka yang sedang dalam perjalanan ( musafir ). Cara pelaksanaan shalat jama’ ini bisa dilakukan dengan jama’ taqdim atau jama’ ta’khir . Jama’ taqdim ialah melaksanakan dua shalat pada waktu shalat yang awal yakni dengan menarik waktu shalat berikut ke waktu awal, misalnya melaksanakan shalat ashar ke waktu dzuhur. Sedangkan jama’ takhir ialah melaksanakan dua shalat pada waktu shalat yang akhir atau mengerjakan shalat awal ke waktu shalat berikutnya, misalnya melaksanakan shalat dzuhur ke waktu ash

Manajemen Sumberdaya Waktu

Demi masa.. Begitulah Allah SWT bersumpah atas waktu di dalam al-Qur'an surat al-Ashr. Hal ini, menurut para ahli tafsir ( mufassir ), menunjukkan akan arti penting atas permasalahan tersebut. Dan sepatutnya menjadi perhatian utama bagi kaum muslimin, yang membaca al-Qur'an. Perhatikanlah waktu! Sesungguhnya seluruh manusia itu berada dalam kerugian. Begitulah Allah SWT melanjutkan peringatannya. Pengelolaan waktu yang serampangan mengakibatkan kehancuran dan kebinasaan. Di dunia, waktu yang tersia-sia menjerumuskan manusia ke dalam keterbelakangan dan keterpurukan secara materi (peradaban) maupun budaya. Di akhirat, manusia yang hidupnya tidak memperhatikan waktu akan menuai kesengsaraan yang tidak kalah nestapanya dan tiada berkesudahan. Maka, perhatikanlah waktu, bagaimana kita mengelolanya dan untuk apa kita alokasikan seluruh waktu yang kita miliki. Agar kita terhindar dari kebinasaan di dunia dan di akhirat, sebab manusia yang bijak akan mengalokasikan waktunya

Menunaikan Haji Tapi Tidak Zakat

Ustadz apa hukumnya orang yang mampu melaksanakan haji tetapi tidak menunaikan zakat? Apakah hajinya sah? Seorang muslim dituntut untuk melaksanakan ibadah secara utuh, sebagaimana halnya diwajibkan menegakkan Islam secara keseluruhan. Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya”. (QS. Al-Baqarah: 208). Dengan demikian, seluruh kewajiban ibadah tidak boleh dipilah-pilah dalam pelaksanaannya. Seorang muslim wajib menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan shaum di bulan Ramadhan, serta pergi haji ke Baitullah bagi yang mampu. Barangsiapa meninggalkan salah satu dari kewajiban-kewajiban tersebut tanpa adanya alasan ( udzur syar’i ), maka dia telah melanggar perintah Allah. Orang yang meninggalkan sebagian kewajiban disebabkan kelalaian, malas ataupun kebodohan, tanpa bermaksud mengingkari kewajiban tersebut atau meremehkan syari’ah Allah dan masih mengerjakan sebagian kewajiban Islam lainnya, maka ia masih digolo